Cerita Wayang - Parikesit Lair (Akhir Perang Bratayudha)

Resi Wara Bhisma dalam perjalanannya menuju surga bertemu dengan Dewi Amba, kekasih pujaan didunia. Ia kelihatan bahagia. Hal itu tidak akan terjadi kalau ia masih hidup.Karena didunia ia seorang Brahmacari.
Kurawa pun sudah habis, semua sudah gugur di medan perang Kurusetra. Demikian pula Pandawa juga telah kehilangan banyak sanak saudaranya.







Sebenarnya Aswatama sudah membuat terowongan di taman Kadilengen, dan sudah tembus ke Goa. Sekarang Aswatama dengan bekal sebuah obor sebagai penerang jalan, dan ditemani Kertawarma dan Resi Krepa memasuki. Namun ditengah jalan, mereka terkejut karena ada sebagian tanah yang gugur sehingga menutup jalan masuk ke goa. Aswatama terpuruk, terlebih lebih ketika api oncor padam, tidak tahu harus bagaimana. Tiba tiba saja ada cahaya yang menerangi Goa. Ternyata Dewi Wilutama datang menolong. Dewi Wilutama menerangi goa dengan sinar dari kedua telapak tangannya. Karena pintu Goa yang telah dilalui juga roboh dan menutupi pintu goa. Sehingga walaupun mereka pulang juga tidak bisa keluar. Mereka terjebak didalam goa, pulang tidak bisa, terus juga tidak bisa. Dewi Wilutama menanyakan, mau kembali ke jalan semula, atau mau meneruskan kehendaknya. Aswatama ingin meneruskan perjalanannya ke Astina. Dewi Wilutama tidak mau membantu keinginan dan tidak mau ikut bertanggung jawab atas perbuatan Aswatama yang akan dilakukan. Dewi Wilutama membuka jalan ke pintu Goa. Sehingga apabila mereka berniat mau pulang kembali, bisa lewat kepintu goa semula. dan akan keluar dengan mudah. Namun Dewi Wilutama tidak tega pada Aswatama, karena Aswatama sudah tidak bisa dihentikan niatnya. akhirnya Dewi Wilutama memberikan senjata untuk menyingkirkan tanah tanah yang menghalangi perjalananannya. Ibunda Dewi Wilutama tidak ikut bertanggung jawab apa yang hendak dilakukan oleh Aswatama, dan disarankankan anaknya pulang saja kembali ke Sokalima. Resi Krepa ganti membujuk Aswatama agar pulang saja kembali ke Sokalima. Akhirnya Resi Krepa meninggalkan mereka semua, kembali ke pertapaannya. Dewi Wilutama kembali kekhayangan.

Dendam masih membara, ia melihat Dewi Sembadra, langsung dibunuh sebagai pembayar utang Arjuna, demikian pula Niken Larasati dan Sulastri terbunuh. Dilihatnya pula Dewi Banowati istri Prabu Suyudana, dengan pandangan sinisnya, menganggap Banowati, yang semula dihormati seluruh keluarga Para Kurawa, ternyata ia seorang wanita murahan, dengan mudah mengikuti Arjuna. Tanpa ampun lagi Banowati dibunuhnya. Aswatama tidak mengetahui posisi dimana Parikesit tidur karena pengaruh senjata Pulanggeni, dan pasti pula ada didalam lindungan Dewata. Aswatama melihat pula Dewi Drupadi, namun ketika akan membunuhnya terdengar, seperti ada suara tangisan bayi, Aswatama terkejut. Ia mengalihkan niatnya untuk membunuh Drupadi, dan ia melihat dengan mata batinnya suatu tempat yang penuh kabut. Aswatama melihat bayi itu. Aswatama memandang benci kepada Parikesit, karena Pancawala sudah terbunuh, maka bayi ini adalah pewaris tahta Astina pura. Segera Aswatama berusaha menikam bayi itu.
Tetapi kekuasaan dewa yang menentukan, tiba tiba saja keris Pulanggeni yang terletak dibawah kaki jabang Parikesit, tertendang sang bayi, dan keris Pulanggeni terpental dan menembus dada Aswatama, Aswatama tewas. Sementara ada keributan dan suara tangisan mereka yang terhindar dari pembunuhan, seperti Dewi Untari dan dewi Drupadi. Menjadikan Werkudara dan Arjuna terbangun dari tidurnya. Mereka langsung keluar dari Keputren. Sementara itu, Kertawarma bersiap memukul Werkudara, andaikata melewati persembunyiannya. Werkudara akhirnya melewati persembunyian Kertawarma. Melihat Werkudara berjalan melewati persembunyiannya, Kertawarma segera memukul Werkudara sekeras-kerasnya dengan gadanya, namun Werkudara dapat menangkisnya. Terjadilah perkelahian, antara Werkudara dan Kertawarma. Kepala Kertawarma pecah terkena pukulan Gada Rujakpala, Kertawarma pun tewas.

sumber: media seni budaya wayang Indonesia
Melestarikan Budaya Warisan Leluhur